Profil Desa Kutaliman
Ketahui informasi secara rinci Desa Kutaliman mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Jelajahi Desa Kutaliman, Kedungbanteng, Banyumas, sebuah desa dengan legenda "Benteng Gajah" (Kuta Liman) yang bersejarah. Temukan potensi pertanian, peran LMDH dalam menjaga hutan, dan keindahan alamnya yang otentik di lereng Gunung Slamet.
-
Legenda Sejarah "Benteng Gajah"
Nama Kutaliman berasal dari kisah historis pembangunan "Kuta" (benteng) dengan bantuan "Liman" (gajah) pada era Kadipaten Pasir Luhur, memberikan identitas yang unik dan kuat bagi desa.
-
Pusat Pertanian dan Kehutanan
Perekonomian desa bertumpu pada sektor pertanian, khususnya padi sawah, cengkeh, dan kopi, serta pengelolaan hutan lestari melalui Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Wana Lestari.
-
Lingkungan Alam yang Asri
Meskipun tidak memiliki objek wisata yang dikelola secara komersial, Kutaliman menawarkan pesona alam yang otentik, udara sejuk, dan lanskap perbukitan yang subur, dekat dengan destinasi populer Curug Ceheng.
Di salah satu sudut perbukitan utara Kecamatan Kedungbanteng, terhampar Desa Kutaliman, sebuah wilayah yang namanya menggema dari legenda masa lampau. Jauh dari hingar bingar pusat wisata, desa ini menyimpan pesona dalam ketenangan, kesuburan tanah dan kisah heroik tentang "Benteng Gajah". Sebagai komunitas agraris yang tangguh, Kutaliman menunjukkan kekuatannya melalui sawah-sawah yang menghijau, kebun cengkeh yang produktif, dan semangat gotong royong dalam menjaga kelestarian hutan.
Geografi dan Demografi
Desa Kutaliman terletak di kawasan dataran tinggi Kecamatan Kedungbanteng, di lereng selatan Gunung Slamet yang megah. Wilayahnya memiliki kontur berbukit-bukit dengan lembah-lembah subur yang dialiri sungai. Secara administratif, desa ini menggunakan kode pos 53152 dengan Kode Wilayah Kemendagri 33.02.23.2006.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2018, luas wilayah Desa Kutaliman adalah 2,89 km². Dengan populasi yang tercatat pada tahun 2017 sebanyak 4.706 jiwa, desa ini memiliki tingkat kepadatan penduduk yang tergolong tinggi untuk daerah perbukitan, yakni sekitar 1.628 jiwa/km². Tingginya kepadatan ini menunjukkan pemanfaatan lahan yang intensif, baik untuk pemukiman yang terkonsentrasi maupun untuk lahan pertanian produktif yang menjadi sandaran hidup mayoritas warganya.
Sejarah Epik di Balik Nama "Benteng Gajah"
Nama "Kutaliman" merupakan warisan tak ternilai yang berasal dari gabungan dua kata dalam bahasa Jawa: Kuta yang berarti benteng, pagar, atau kota, dan Liman yang berarti gajah. Asal-usul nama ini terkait erat dengan sejarah Kadipaten Pasir Luhur, sebuah pemerintahan penting di masa lalu.
Menurut legenda yang diwariskan secara turun-temurun, pada suatu masa, Kadipaten Pasir Luhur menghadapi ancaman serangan dari kerajaan lain. Untuk membendung serangan tersebut, Adipati Pasir Luhur memerintahkan pembangunan sebuah benteng pertahanan (kuta) yang kokoh di wilayah perbukitan tersebut. Mengingat medan yang sulit dan skala proyek yang masif, sang Adipati mengerahkan gajah-gajah (liman) sebagai alat transportasi untuk mengangkut material bangunan seperti batu dan kayu.
Wilayah tempat proyek pembangunan "Benteng Gajah" itu berlangsung kemudian dikenal oleh masyarakat dengan nama Kutaliman. Meskipun sisa-sisa fisik benteng tersebut mungkin kini telah tiada, namanya tetap abadi, menjadi pengingat akan sejarah pertahanan dan kerja keras para leluhur yang gagah berani.
Pilar Ekonomi dari Pertanian dan Kehutanan
Kekuatan utama yang menopang kehidupan masyarakat Desa Kutaliman adalah sektor pertanian dan kehutanan. Lahan yang subur dan air yang melimpah dimanfaatkan secara optimal untuk menanam berbagai komoditas yang menjadi sumber pendapatan warga.
- Pertanian PadiSawah-sawah, sebagian di antaranya berbentuk terasering yang indah, menjadi pemandangan utama di lembah-lembah desa. Padi merupakan komoditas pangan utama yang dibudidayakan untuk memenuhi kebutuhan lokal.
- PerkebunanDi lahan-lahan yang lebih tinggi, warga menanam komoditas perkebunan bernilai ekonomi tinggi seperti cengkeh (clove) dan kopi. Tanaman-tanaman ini menjadi sumber pendapatan penting bagi banyak keluarga.
- Perhutanan SosialSebagian besar wilayah desa merupakan kawasan hutan negara yang dikelola oleh Perhutani. Melalui skema perhutanan sosial, masyarakat yang tergabung dalam Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Wana Lestari diberi hak untuk ikut mengelola dan memanfaatkan kawasan hutan secara lestari. Mereka menanam tanaman tumpang sari di sela-sela pohon tegakan dan turut serta dalam menjaga kelestarian hutan.
Potensi Alam dan Kedekatannya dengan Surga Tersembunyi
Desa Kutaliman sendiri tidak memiliki objek wisata alam yang telah dikembangkan secara komersial dan dipromosikan secara luas. Pesona desa ini lebih terletak pada keaslian suasana pedesaan, keindahan lanskap pertanian, dan udaranya yang sejuk.
Namun desa ini memiliki keuntungan geografis yang signifikan karena lokasinya yang sangat dekat dengan salah satu air terjun terindah di Banyumas, yaitu Curug Ceheng. Penting untuk dicatat bahwa secara administratif, Curug Ceheng terletak di Desa Sumampir, Kecamatan Cilongok. Meskipun demikian, kedekatannya dengan Desa Kutaliman membuka peluang bagi warga untuk mendapatkan manfaat ekonomi dari arus wisatawan yang melintas atau mencari jalur alternatif.
Potensi wisata internal Kutaliman lebih mengarah pada wisata minat khusus, seperti trekking menyusuri pematang sawah, belajar tentang agroforestri bersama LMDH Wana Lestari, atau sekadar menikmati ketenangan hidup di desa yang jauh dari keramaian. Potensi inilah yang dapat dikembangkan di masa depan untuk menawarkan pengalaman wisata yang berbeda.
Pemerintahan dan Inisiatif Komunitas
Pemerintah Desa Kutaliman, yang dipimpin oleh Kepala Desa Bapak Sutono, memainkan peran vital dalam mendukung pilar-pilar ekonomi desa. Fokus utama pemerintah adalah pada peningkatan produktivitas pertanian dan penguatan kelembagaan masyarakat seperti LMDH dan kelompok tani. Melalui situs resmi desa, pemerintah berupaya menyebarkan informasi dan menjaga komunikasi dengan warganya.
LMDH Wana Lestari menjadi contoh nyata dari kekuatan inisiatif komunitas. Lembaga ini tidak hanya berfungsi sebagai wadah ekonomi bagi para petani hutan, tetapi juga sebagai garda terdepan dalam upaya konservasi lingkungan. Semangat gotong royong dan kebersamaan menjadi modal sosial yang kuat dalam setiap program pembangunan yang dijalankan di Desa Kutaliman, menciptakan sebuah komunitas yang tangguh dan mandiri.